Saturday, February 4, 2017

Merinding Dan Menangiskah Engkau Sesudah Membaca Kisah Nyata Kesaksian Orang Mati Suri Ini?

Merinding & menangiskah kalian sesudah membaca kisah nyata kesaksian orang mati suri ini? Mudah-mudahan kisah ini sanggup dijadikan pelajaran bagi Kita yg masihlah hidup dunia ini.



Ia yaitu Aslina. Aslina yakni penduduk minggu baru yg mati suri 24 Agustus 2006 dulu. Gadis berumur kira kira 25 th itu memberikan kesaksian dikala nyawanya dicabut & apa yg disaksikan ruhnya ketika mati suri.

Sebelum Aslina berikan kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, dia sudah yatim. Sejak mungil cobaan sudah datang terhadap beliau. Terhadap umur tujuh thn tubuhnya terbakar api maka mesti menjalani dua kali operasi. Menjelang umur SMA dirinya termakan racun. Tersebab itu dirinya menderita sewaktu tiga th.

Kepada umur 20 thn beliau terkena gondok (hipertiroid). Gondok tersebut menyebabkan sekian banyak kerusakan terhadap jantung & matanya. Dikarenakan penyakit gondok itu sehingga Jumat, 24 Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit di jakarta. Sesudah itu, Hasil sensor menyebut penyakitnya di ambang batas maka belum dapat dioperasi. “Kalau dioperasi sehingga dapat berlangsung pendarahan”, terang Rustam. Oleh lantaran itu Aslina cuma dikasih obat. Tetapi keadaannya masih lemah.

Malamnya Aslina gelisah luar biasa, & terpaksa pamannya mengambil Aslina kembali ke jakarta lebih kurang pukul 12 tengah malam itu. dirinya dimasukkan ke satuan gawat darurat (UGD), diwaktu itu detak jantungnya & napasnya sesak. Dulu dirinya diboyong ke luar UGD masuk ke area perawatan. ”Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut). Dulu aku ajarkan kalimat thoyyibah & syahadat. Sesudah itu dalam pandangan aku Aslina menghembuskan nafas terakhir.” ungkapnya.

Usai Rustam berikan pengantar, dulu Aslina memberikan kesaksiannya. ”Mati ialah tentu. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur.” Demikian beliau memulai kesaksiaanya sesudah meminta semua hadirin yg memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat buat Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa beliau pula menasehati jamaah buat memantapkan iman, amal & ketakwaan sebelum mati datang.

”Saya sudah merasakan mati”, Tutur anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlampaui sakit mati itu. Diceritakan, rasa sakit waktu nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. ”Terasa malaikat mencabut (nyawa) dari kaki kanan saya”, imbuhnya. Di diwaktu itu beliau pernah diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. ”Saat di ujung napas, aku berzikir”, ujarnya. ”Sungguh sakitnya, Pak, Bu…” ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

Di Sampaikan, kala ruhnya sudah tercabut dari jasad, dirinya menonton di sekelilingnya ada dokter, pamannya & dirinya pula menyaksikan jasadnya yg terbujur. Sesudah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan “Assalammualaikum” pada ruh Aslina. ”Malaikat itu gede, seandainya memanggil, jantung rasanya ingin copot, gemetar,” tutur Aslina mencerita pengalaman matinya.

Dulu malaikat itu tanya : “Siapa Tuhanmu, apa agamamu, di mana kiblatmu & siapa nama orangtuamu?“ Ruh Aslina menjawab seluruhnya pertanyaan itu bersama tidak tersendat. Dulu beliau diboyong ke alam barzah.
”Tak ada sohib kecuali amal,” tambah Aslina yg Ahad tengah malam itu berpakaian serba hijau. Seperti pernyatan pamannya, Aslina bukan satu orang pendakwah, tetapi tengah malam itu dia tampil memberikan kesaksian bagaikan seseorang muballighah.

Di alam barzah beliau menonton satu orang ditemani oleh sosok yg mukanya berkudis, tubuh berbulu & mengeluarkan bau busuk. Bisa Jadi sosok itulah yaitu amal jelek dari orang tersebut.

Seterusnya Aslina menyambung. ”Bapak, ibu, ingatlah mati,” sekali lagi dia menggandeng hadirin utk bertaubat & beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, dia menyambung kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat. Ketika itu dirinya mau sekali bertemu bersama ayahnya. Dulu dirinya memanggil malaikat itu dgn ”Ayah”. ”Wahai ayah bisakah aku berjumpa bersama ayah aku,” tanyanya.

Dulu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tidak mengenal sosok yg berumur antara 17-20 th itu. Lantaran ayahnya wafat diwaktu berumur 65 thn. Nyatanya memang lah benar, sosok belia itu merupakan ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya & bicara : ”Wahai ayah, janji aku sudah hingga.”


Mendengar itu ayah aku aku menangis. Dulu ayahnya berbicara terhadap Aslina. ”Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu.” ruh Aslina serta menjawab. ”Saya tidak sanggup pulang, sebab janji sudah sampai”. Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali terhadap hadirin bahwa alam barzah & akhirat itu memang lah ada. ”Alam barzah, akhirat, surga & neraka itu betul ada. Akhirat yaitu kekal,” ujarnya bak seseorang pendakwah.

Sesudah dialog antara ruh Aslina & ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Dulu dua malaikat memimpinnya kembali, dirinya berjumpa dgn wanita yg beramal shaleh yg mukanya bercahaya & wangi. Dulu ruh Aslina dipindah kursi yg empuk & didudukkan di kursi tersebut, disebelahnya terdapat seseorang wanita yg menutup aurat, wajahnya elegan. Ruh Aslina tanya pada wanita itu. ”Siapa anda?” dulu wanita itu menjawab, ”Akulah (amal) anda.” Kemudian dirinya dipindah dengan dua malaikat & amalnya terjadi menelurusi lorong ketika menyaksikan penderitaan manusia yg disiksa.

Di sana beliau menonton satu orang laki laki yg memikul besi yg amat berat, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-koyak & baunya menjijikkan. Ruh Aslina tanya pada amalnya. ”Siapa manusia ini?” Amal Aslina menjawab, “orang tersebut waktu hidupnya gemar membunuh orang”.

Dulu dilihatnya orang yg yg kulit & dagingnya lepas. Ruh Aslina tanya lagi ke amalnya mengenai orang tersebut. Amalnya mengemukakan bahwa manusia tersebut tak sempat shalat.

Setelah Itu kelihatan serta oleh ruh Aslina manusia yg dihujamkan besi ke tubuhnya. Nyatanya orang itu yaitu manusia yg gemar berzina. Terlihat pula orang saling bunuh, manusia itu saat hidup gemar bertengkar & meneror orang lain. Dilihatkan serta terhadap ruh Aslina, orang yg ditusuk dgn 80 tusukan, tiap-tiap tusukan terdapat 80 mata pisau yg tembus ke dadanya, dulu berlusiaan darah, orang tersebut menjerit & tak ada yg menolongnya. Ruh Aslina tanya terhadap amalnya.

& dijawab orang tersebut ialah orang pun senang membunuh. Ada pun orang yg dihempaskan ke tanah dulu dibunuh. Orang tersebut merupakan anak yg durhaka & tak akan memelihara orang tuanya waktu didunia. Perjalanan menelusuri lorong diwaktu tetap berlanjut.

Sampailah ruh Aslina di tengah malam yg gelap, kelam & amat pekat maka dua malaikat & amalnya yg ada disisinya tidak kelihatan. Tiba-tiba muncul nada orang mengucap : Subhanallah, Alhamdulillah & Allahu Gede. Tiba-tiba ada yg mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan itu nyata-nyatanya tasbih yg mempunyai biji 99 butir. Perjalanan berlanjut. dia kelihatan tepak tembaga yg sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina tanya kepada amalnya mengenai tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut yakni husnul khatimah.(Husnul khatimah dengan cara literlek berarti akhir yg baik. Merupakan kondisi di mana manusia terhadap akhir hayatnya dalam kondisi berbuat baik).

Seterusnya ruh Aslina mendengarkan adzan seperti adzan di Mekkah. dia pula mengemukakan pada amalnya. ”Saya ingin shalat”. Dulu dua malaikat yg memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. ”Saya juga bertayamum, aku shalat seperti beberapa orang didunia shalat,” ungkap Aslina.
Kemudian dirinya kembali dipimpin buat menyaksikan Masjid Nabawi. Dulu diperlihatkan pun pada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batang an emas di dalam tepak ”husnul khatimah” itu mengeluarkan cahaya jelas. Berikutnya beliau menonton cahaya seperti matahari namun agak mungil. Cahaya itu pula berkata terhadap ruh Aslina. ”Tolong kau sampaikan terhadap umat, buat bersujud di hadapan Allah”.

Seterusnya ruh Aslina melihat miliaran manusia dari beraneka ragam abad berkumpul di satu arena lapang yg amat luas. Ruh Aslina cuma berjarak kira kira lima m dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu bicara. ”Cepatlah kiamat, saya tidak tahan lagi di sini Ya Allah”, manusia-manusia itu pula memohon, ”Tolong kembalikan saya ke dunia, saya ingin beramal.” Begitulah di antara narasi Aslina kepada apa yg diliat ruhnya disaat dirinya mati suri. Dalam kesaksiaannya beliau selalu menggandeng hadirin yg datang terhadap jumpa alumni ESQ itu buat bertaubat & beramal shaleh pun tak melanggar aturan Allah. ”Apa yg di sampaikan Aslina, barangkali bukti yg ditunjukkan Allah pada kita seluruhnya, ” ujarnya.

Menyikapi kesaksian Aslina yg menyaksikan beberapa orang berteriak mau dikembalikan ke dunia & mau beramal pun penelitian Raymond yg menyebut ”aku mau biar saya bisa kembali & membatalkan semuanya.”

Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23) ayat 99-100 :
“Hingga bila datang kematian terhadap satu orang dari mereka, ia bicara : Ya, Tuhanku kembalikanlah saya(ke dunia)” (99)

“Agar saya berbuat amal yg saleh pada yg sudah saya tinggalkan. Sekali-kali tak. Sesungguhnya itu yakni perkataan yg diucapkannya saja. & di hadapan mereka ada dinding hingga hri mereka dibangkitkan.” (100)

Juga Sebagai penguat dalil supaya manusia bertaubat, dikutipkan pula Quran Surat Az-Zumar ayat 39 :
”Dan kembalilah anda terhadap Tuhan-Mu, & berserah dirilah Kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu setelah itu anda tak bakal ditolong (lagi)